Saturday 15 June 2019

Handphoneku dari Masa ke Masa

Waktu berubah manusia berubah. Salah satu perubahan yang terlihat adalah cara dan alat berkomunikasi yang mengikuti perkembangan teknologi. Dulu saya berkomunikasi dengan surat yang ditulis tangan. Selain itu ada telepon wartel yang menghubungkan saya dengan saudara-saudara di seberang pulau. Setelah itu kami sempat menikmati saluran telepon rumah dari Telkom Flexi selama beberapa waktu. Dan saat ini saya bisa chatting dengan saudara-saudara yang tinggal di seberang pulau. Sebuah nikmat teknologi yang harus disyukuri.

Sebagai orang awam yang tidak tahu menahu tentang teknologi, referensi saya saat membeli handphone adalah testimoni teman-teman dan ulasan dari tabloid handphone. Selain dua hal itu ada satu pertimbangan lagi pastinya, yaitu kemampuan kantong saya, he.

Dan inilah cerita tentang beberapa handphone yang pernah saya pakai.
Handphone pertama saya adalah Samsung C200. Dengan ukuran layar 1,6 inchi handphone ini sangat mungil bila dibandingkan dengan handphone jaman sekarang. Meski mungil Samsung C200 ini bisa menyimpan ribuan nomer kontak dan sudah bisa koneksi internet. Waktu itu sudah berasa keren bisa internetan padahal cuma mengunduh nada dering dan gambar wallpaper.

Saya lupa berapa lama saya memakai handphone Samsung ini. Kerusakan handphone ini dimulai saat penutup/baterainya sulit untuk dipasang ke bodynya. Ternyata baterai handphone ini menggelembung dan harus diganti. Karena sulit mencari baterai yang original, teman saya mencoba memberikan baterai yang KW. Namun tetap saja tidak membantu. Akhirnya Samsung C200 harus pensiun.

Handphone

Sebagai pengganti Samsung C200 saya memilih Nokia 5070. Fiturnya tak jauh beda dengan Samsung C200. Warnanya merah muda, terlihat eye catching dan pengoperasiannya relatif mudah. Handphone ini bertahan kurang lebih 3 tahun. Kerusakan terjadi di mana handphone ini tidak mengeluarkan bunyi lagi yang kemungkinan karena pernah jatuh atau terkena air. Akhirnya saya memutuskan untuk ganti handphone.

Setelah era Nokia 5070, handphone dengan QWERTY keypad semakin banyak yang pakai. Saya pun tertarik untuk memiliki karena layar yang lebih lega mengetik lebih nyaman. Dan saya memilih sebuah brand yang cukup dikenal, meski tidak se-terkenal Nokia atau Samsung. Kali ini saya pede untuk membeli sendiri di sebuah pameran elektronik, tidak seperti sebelum-sebelumnya saya selalu beli handphone melalui seorang teman.

Dari reviewnya handphone ini menawarkan spesifikasi yang lebih baik dari dua handphone sebelumnya. Apalagi dengan harga yang tidak murahan harusnya memberikan kenyamanan lebih bagi pengguna. Tapi ternyata tidak demikian. Sejak awal tombol 'delete'nya bermasalah. Bila mencetnya kurang kuat, layar tidak berespon. Sebaliknya kalau mencetnya terlalu kuat teks di layar akan terhapus semua. Jadi sangat merepotkan saat mengetik sms, karena teks di layar bisa terhapus semua.

Belum lagi masalah tombol delete ini selesai, muncul masalah lainnya, yakni hape ini tiba-tiba tidak bisa dinyalakan. Waktu dicek di service centernya disarankan untuk ngecharge handphone sebelum baterai habis. Namun ini juga tidak membantu karena akhirnya handphone saya ini benar-benar mati dan ternyata harus ganti baterai yang mana baterainya tidak ready stock dan harus pesan dulu.

Belum juga mendapatkan baterainya, kekecewaan saya bertambah karena belakangan service centernya tutup dan saya tak tahu pindahnya ke mana. Daripada tersita energi saya untuk melacak service center nya, saya memutuskan untuk ganti handphone saja. Sayang sebenarnya handphone ini tidak berjodoh dengan saya, padahal handphone ini pernah hilang, ternyata jatuh saat saya naik motor kemudian ditemukan oleh orang dan akhirnya bisa kembali ke saya. Hiks ..

Sempat terpikir juga apakah ada yang mengalami nasib serupa seperti saya. Atau jangan-jangan cuma handphone ini saja yang bermasalah. Entahlah ... Yang pasti ada pelajaran berharga dari kejadian ini. Kalau membeli barang elektronik pastikan ada service center dan mudah suku cadangnya. Kecuali memang siap dengan risikonya, he.

handphone


Tidak mau mengalami masalah serupa saya kembali ke merk yang sudah dikenal. Saya memilih Nokia Asha 302. Layarnya lebih lega dan fitur-fiturnya sesuailah untuk saya.. Seperti tipe-tipe Nokia pada umumnya Nokia Asha 302 juga mudah dioperasikan. Saya pikir handphone ini akan menjadi handphone saya yang paling lama karena memang nyaman dipakai. Ternyata tidak ...

Teknologi handphone terus berkembang pesat. Di saat saya masih seneng-senengnya memakai Nokia Asha, orang-orang sudah beralih ke handphone android dengan segala kelebihannya. Mudah download berbagai aplikasi, koneksi internet lancar, berkirim pesan dan chatting menjadi menyenangkan. Paling tidak hal terakhir ini yang sangat terasa yaitu saat berkomunikasi antar teman di group whatsapp.

Dan akhirnya sudah 4 tahunan ini saya memakai handphone android. Mungkin suatu saat saya akan tuliskan kisahnya kalau sudah handphone ini sudah rusak atau saya ganti handphone lagi, he.
Nokia Asha 302 masih oke hingga sekarang meski lebih sering dipakai untuk cek kuota atau mengaktifkan paket data, he. Malah chargernya sering saya pakai untuk ngecharge handphone android saya yang charger aslinya hilang di tempat kerja. Terbukti tangguh memang Nokia.
Android

Dan hari-hari ini handphone android seolah tak lepas dari keseharian. Komunikasi dengan keluarga maupun urusan pekerjaan hampir tak lepas dari handphone android. Entah sampai kapan handphone android saya ini akan bertahan. Mungkin nanti akan saya tulis kalau dia sudah pensiun, he.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung ke Yoen NgeBlog. Saya akan berusaha membalas komentar secepatnya.πŸ“πŸŒ»πŸŒΈπŸŒ»