Monday 11 September 2017

Mengurangi Aditif Makanan Dalam Pembuatan Cake

Mengurangi Aditif Makanan Dalam Pembuatan Cake
gambar ilustrasi via pixabay.com
Buku adalah adalah jedela ilmu. Dengan membaca buku kita bisa mendapatkan banyak informasi yang bermanfaat. Seperti saya yang hobi baking banyak mendapat ilmu dari beberapa buku yang pernah saya beli. Salah satunya adalah Buku Cake Enak Sehat Alami yang saya beli beberapa tahun lalu. Buku ini menarik karena membahas tentang aditif makanan ( bahan tambahan makanan ) dan tips mengurangi penggunaannya dalam membuat cake.

Buku ini mengajarkan bagaimana membuat cake dasar dengan teknik yang benar. Diulas di buku ini bahwa teknik yang benar dan bahan yang baik adalah kunci keberhasilan untuk membuat cake meski tidak menggunakan aditif makanan ( misal penstabil adonan ). Kemudian dari satu resep cake dasar ini pembaca diberikan panduan untuk membuat varisi resep cake yang enak dan sehat.

Selain itu buku ini juga mengulas beberapa bahan aditif yang sering digunakan untuk membuat cake seperti pelembut, pengembang, pewarna dan memberikan alternatif bahan alam yang dapat digunakan sebagai pengganti zat tersebut. Misalnya untuk warna merah kita bisa memakai buah bit, untuk warna kuning dengan buah wortel dan sawi untuk warna hijau.

Mengurangi Aditif Makanan Dalam Pembuatan Cake
salah satu halaman di Buku Cake Enak Sehat Alami
Bila diamati memang jajanan kita sehari-hari tak lepas dari berbagai bahan makanan tambahan. Dari kebiasaan membuat cake di rumah kita sudah menggunakan aditif makanan. Kita mengenal emulsifier saat mengocok adonan. Setelah itu ke dalam adonan kita kadang menambahkan pewarna, pasta/perisa dan pengembang kue. Dan ketika cake akan dihidangkan masih dihias dengan hiasan yang tak lepas dari pewarna atau perasa.

Tak hanya makanan buatan rumah, produk makanan dari pabrik besar pun tak lepas dari bahan tambahan makanan. Coba kita lihat 'komposisi' dari wafer rasa pisang, biskuit lemon, sirup rasa kelapa, sirup rasa pisang dan masih banyak lagi. Berapa persen kandungan buah di dalamnya ? Hanya sekian persen atau malah mungkin nol persen karena yang digunakan adalah perasa artifisial.

Jauh sebelum membaca buku ini saya sebenarnya sudah familiar dengan pelembut kue alami yaitu kuning telur. Saya sendiri lebih sering memakai kuning telur daripada emulsifier sintetis. Tetapi ini untuk adonan dalam jumlah sedikit untuk konsumsi sendiri. Untuk adonan yang banyak saya sendiri kesulitan bila tidak memakai emulsifier, karena untuk adonan yang dikukus atau dipanggang belakangan akan beresiko bantat.

Untuk pewarna, sepertinya saya belum pernah mencoba menggunakan bahan alami karena agak ribet untuk menyiapkannya. Dan belum tentu di sekitar kita ada bahan alami tersebut. Jadi selalu memakai pewarna sintetis yang lebih praktis.

Faktor 'praktis' ini tentunya juga dirasakan oleh pedagang kue karena mereka harus menangani adonan dalam jumlah banyak. Selain efisien waktu dan tenaga, pewarna siap pakai ini tentunya lebih murah yang akhirnya bisa menekan harga jual makanannya.

Saya pribadi tidak anti memakai aditif makanan, walaupun kadang agak parno ketika melihat pewarna sintetis itu berjejer di rak supermarket, he. Tapi sebisa mungkin saya berusaha meminimalkan penggunaannya. Dan pengetahuan tentang bahan tambahan makanan ini juga membuat kita lebih bijak memilih makanan, terutama makanan olahan. Lebih peduli pada menu sehat untuk dikonsumsi sehari-hari dan waspada meneliti apakah makanan yang kita konsumsi memiliki ijin edar dari pihak berwenang.

Tapi sebenarnya ada peluang usaha lho dalam bisnis cake sehat alami ini. Sepertinya saat ini belum ada industri rumahan yang membuat jajanan atau kue yang mengganti aditif makanan dengan bahan alami. Adakah yang mau memulai ?

Sumber :
- Wied Harry Apriadji, 2012, Buku Cake Enak Sehat Alami
- pendapat saya pribadi

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung ke Yoen NgeBlog. Saya akan berusaha membalas komentar secepatnya.πŸ“πŸŒ»πŸŒΈπŸŒ»