Tuesday, 18 July 2017

Yang Tak Libur Saat Lebaran

Yang Tak Libur Saat Lebaran

Kita patut bersyukur karena tahun ini puasa dan lebarannya bisa serentak. Ada kebahagian lebih ketika hari raya Idul Fitri bisa dirayakan bersama-sama. Ada ribuan tempat yang akan menyelenggarakan sholat Ied dan kumandang takbir akan bergema di mana-mana. Lebih semarak dan terasa persatuannya.

Seperti biasa saya bersama keluarga menjalankan sholat Idul Fitri di lapangan kelurahan. Setelah Khatib menutup khotbahnya saya bergegas untuk meninggalkan tanah lapang. Sebentar lagi jalan keluar tanah lapang ini akan menjadi semakin ramai.

Sambil menuju pulang, di kepala saya sudah berderet apa-apa yang harus dikerjakan dan disiapkan. Bawa ini itu, bungkus ini itu dan lain sebagainya. Pagi ini saya tak bisa makan ketupat sambil bersantai-santai karena sebelum jam sembilan saya sudah harus berada di rumah sakit. Yup, hari ini saya tugas jaga pagi dan jam sembilan adalah toleransi keterlambatan untuk dinas pagi di hari raya Idul Fitri.

Ada waktu sekitar 45 menit untuk bersiap. Pastinya makan ketupat dulu sebelum menyiapkan yang lainnya. Saat malam takbiran, beberapa makanan kecil sudah saya siapkan untuk dibawa. Jadi pagi ini tinggal menyiapkan makanan beratnya saja. Walaupun waktu terbatas tapi suasana lebaran ini tak boleh hilang begitu saja. Salah satu caranya ya dengan membawa makanan-makanan ini, he.
Saya juga tak lupa menitipkan angpao untuk sepupu-sepupu yang memang biasa datang pada hari pertama lebaran. Eh, takutnya nanti sepulang saya dari dinas, mereka sudah pulang. Nggak asyik kan, kalau angpao lebaran ngasihnya besok-besok ?

Sebelum benar-benar meluncur ke RS saya salim sama Bapak dan Ibu untuk mohon maaf dan minta do'a. Tak ada kebiasaan sungkem di rumah saya, jadi acara salimnya ini termasuk singkat, padat dan jelas.
Beberapa saat ke depan, rumah saya akan ramai karena saudara kerabat dan tetangga dekat yang saling berkunjung. Dan kalau sudah ramai begitu biasanya saya akan ikut terbawa dan tentu saja itu akan menunda keberangkatan saya. Jadi sebelum semua jadi sulit, cuzz langsung berangkat aja. 

Itu sekilas kesibukan saya pada lebaran kemarin. Sebagai petugas kesehatan di rumah sakit, saya memang tak selalu libur pada hari-hari besar karena libur dan cuti hari raya akan diberikan bergantian. Tuntutan profesi ( baca : kewajiban ) mengharuskan kita siap untuk dinas pagi, sore atau malam. Kondisi yang harus diantisipasi jauh-jauh hari agar perayaan lebaran tetap berjalan lancar.

Petugas kesehatan bukanlah satu-satunya profesi yang tetap bekerja saat lebaran. Ada pengemudi angkutan umum : sopir bus, pilot, masinis yang justru lebih sibuk pada masa lebaran. Ada juga polisi, tentara, petugas jalan tol, penjaga perlintasan pintu KA, petugas security, wartawan dan masih banyak lagi yang lainnya. Mereka semua harus menunda bertemu dengan keluarga dan saudara karena harus melaksanakan tugas.

Saya termasuk beruntung karena bekerja di tempat yang tak jauh dari rumah. Setelah dinas pagi ini saya masih bisa berkumpul dengan keluarga dan bersilaturahim dengan saudara. Tapi mereka yang bekerja jauh dari kampung halaman, harus menunggu waktu libur dulu untuk bisa pulang. Tak jarang mereka harus menunggu beberapa tahun sekali untuk mudik lebaran.

Bekerja di rumah sakit mengajarkan saya banyak hal. Salah satunya selalu bersyukur atas nikmat sehat yang kita punya. Banyak pasien yang tidak bisa merayakan lebaran di rumah karena kondisi kesehatannya tak memungkinkan untuk pulang. Bahkan ada yang di hari lebaran harus masuk rumah sakit karena kondisi kesehatan yang mengancam jiwa. Sebuah ujian yang tidak ringan untuk yang sakit maupun keluarganya.

Karena itu siapapun kita dan apapun profesinya harus terus bersyukur. Laksanakan tugas dengan gembira. Dan jangan lupa bahagia ... πŸŒΌπŸŒΈπŸ€

Sebenarnya artikel ini akan diikutkan giveaway, eh menjelang deadline saya ketiduran. Nggak jadi ikutan giveaway deh ...

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung ke Yoen NgeBlog. Saya akan berusaha membalas komentar secepatnya.πŸ“πŸŒ»πŸŒΈπŸŒ»